Sunday, February 27, 2005

Acara ngobrol bareng penulis buku "Mengikat Makna"


Masih ingat posting-an saya yang berjudul "Melahap buku" (februari 2005)? Saat itu saya baru saja membeli buku berjudul "Mengikat Makna" karangan Hernowo (penerbit Kaifa). Dan tadi malam, secara kebeteluan, saya menghadiri acara ngobrol bareng bersama pak Hernowo, pengarang buku tadi, di toko buku favoritku: Toga Mas. Sebelum berbicara mengenai obrolan yang disampaikan pak, atau saya sebut saja mas Hernowo, saya ingin sekali bercerita tentang toko buku Toga Mas itu sendiri dan bagaimana cara mereka menata ruangan tempat acara berlangsung, karena bagaimanapun juga Toga Mas adalah toko buku favorit saya :D (bukan promosi)

Bangunan toko buku Toga Mas yang baru sekarang ini punya nuansa alami, tiang-tiang semuanya terbuat dari kayu tanpa dicat, lantai berwarna abu-abu serasi dengan batu-batu kali yang menghiasi kolam-kolam ikan kecil, dan taman-taman yang tersebar di berbagai pojok ruangan. Lantai dua dibuat dari kayu juga, ada kafe buat nongkrong sambil jajan, dan ada tempat agak luas dan kosong untuk acara-acara semacam diskusi buku tadi malam. Di malam hari, penerangan di lantai ini dibuat agak redup dengan lampu bolam, bukan lampu TL, sepertinya hendak memberi kesan 'jogja tempo doeloe'.

Yang menarik, ketika saya datang tadi malam, ada sebuah angkringan lengkap dengan pisang goreng, tempe goreng, rambak, wedang jahe, dan es teh. Semua ini disediakan gratis untuk kita! Setelah saya ambil beberapa jenis makanan dan memesan jahe, langsung saja kubawa semuanya menuju tikar yang sudah digelar untuk acara. Tampak telah hadir di depan mas Hernowo dan seorang pemandu acara yang juga seorang guru (maaf sekali saya lupa namanya :D). Saat itu acara belum mulai, dan sebuah grup musik lokal yang saya tidak tahu terkenal atau tidak (menurutku ga terkenal si) sedang membawakan lagu pop Indonesia dengan instrumen keroncong.

Setelah ruangan mulai penuh, si MC memulai acara 'ngobrol bareng' ini dengan sebuah pertanyaan kepada mas Hernowo. Saya tidak terlalu ingat apa pertanyaan itu, sepertinya ada kaitannya dengan buku terbaru mas Hernowo, "Vitamin T". Mas Hernowo pun mulai berbicara tentang nilai gizi sebuah buku. Maksudnya, ibarat sebuah makanan, buku ada yang punya kandungan gizi yang baik, ada juga yang kandungan gizinya jelek, bahkan beracun. Buku yang bergizi adalah buku yang mampu menggerakkan pikiran kita, demikian istilah yang digunakan Mas Hernowo. Buku yang beracun, sebaliknya, adalah buku-buku yang tidak merangsang kemampuan pembacanya untuk berpikir lebih mendalam. Mas Hernowo pun lantas mengkritik buku-buku pelajaran di sekolah yang ada sekarang ini kebanyakan adalah beracun.

Selain mampu menggerakkan pikiran, buku 'bergizi' yang layak dibaca adalah buku yang memiliki alur, pilihan kata, dan diksi yang baik, jadi mudah dipahami, menyenangkan, dan tidak membosankan bagi pembacanya. Mas Hernowo sekali lagi bercerita tentang pengalamannya mengkritik tentang betapa kacau-balaunya susunan penulisan sebuah textbook yang dijadikan acuan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya. Mas Hernowo pun dimarahi karenanya.

(bersambung)
Saturday, February 26, 2005

Mikroprosesor...

"Eh, komputermu pentium berapa?"

Pertanyaan semacam ini seringkali kita lontarkan ke teman kita, dan semua orang tampaknya sudah sangat terbiasa dengan istilah-istilah semacam prosesor intel, pentium, celeron, AMD, dan sebagainya. Semua orang sudah tahu kalau setiap komputer pastilah memiliki prosesor yang menjadi 'otak' yang mengatur dan mengerjakan semua operasi komputer.

Tapi sadarkah kita bahwa sebenarnya prosesor, atau saya sebut saja mikroprosesor, sebetulnya dapat kita jumpai tidak hanya di komputer rumah, tapi bisa juga di jam tangan, telepon genggam, remote control TV, TV itu sendiri, pesawat telepon, mesin cuci, bahkan mobil. Saya tidak berbicara mengenai jam tangan sekaligus HP yang bisa konek internet seperti di iklan-iklan majalah itu, atau tentang internet-TV yang sepertinya masih berupa cerita dongeng saja bagi banyak orang. Yang saya maksudkan adalah TV, mesin cuci, dan jam tangan (digital) biasa yang semua orang miliki. (setidaknya produk tahun 90'an ke atas)

Tertanam di tiap-tiap perangkat itu sebuah chip bernama mikrokontroler. Chip itu mengandung mikroprosesor sederhana di dalamnya, namun sudah cukup untuk membuat perangkat-perangkat itu memiliki sifat interaktif, dan tentu bisa mengingat berbagai hal.

Sebuah mikrokontroler Atmel AVR AT90S2313 ini bisa dibeli seharga Rp40.000 di toko Audio Jogja.

Sekarang akan kuceritakan hal-hal praktis saja. Kita bisa bereksperimen sendiri untuk mengembangkan peralatan berbasis mikrokontroler ini. Prinsip kerja kita nanti begini:

1. Kita beli sebuah chip mikrokontroler di toko, misalnya Atmel AT89S51 yang murah itu (seharga Rp20.000 di Jogja). Mikrokontroler yang kita beli itu masih kosong! Seperti kalo kita beli komputer dan harddisk baru, biasanya masih kosong dan belum diisi program.

2. Kita buat program (atau bisa disebut juga: firmware) di komputer. Bebas, kita bisa memprogram dengan bahasa assembly atau C, tergantung compiler yang kita punya apa. Program yang kita buat ini akan dikerjakan oleh mikro kita nanti.

3. Kita isikan program tadi ke mikrokontroler, dari PC ke chip. Mengerti?

4. Mikrokontroler tadi siap digunakan. (tinggal diberi tegangan DC dan kristal osilator, maka sudah siap!)

Kita beruntung hidup di tahun 2005. Alhamdulillah... Karena sekarang untuk mengembangkan aplikasi mikrokontroler sangat mudah. Jauh lebih mudah dibandingkan dulu. Untuk mengisi program dari PC ke chip, yang dibutuhkan sekarang cuma kabel paralel saja, tanpa butuh alat yang rumit dan mahal. Apalagi ndada pakai menghapus program lama dengan UV segala :p (ingat UV EEPROM?)

Banyak sekali teman-teman saya yang Tugas Akhir-nya berkutat dalam pembuatan alat berbasis mikrokontroler. Sebut saja Nurdin yang membuat penggerak lengan robot untuk menghindari halangan. Atau Chomel dan Stevanus Budi yang membuat robot pengikut garis dan bisa menghindar dari halangan. Si Irwan membuat alat pengukur tanggapan frekuensi filter yang ditampilkan di PC (keren!). Sedangkan Irwanto dan Febi membuat alat pengatur suhu.

Mas Enjen membuat kWh meter digital, Hari membuat pengendali kecepatan motor dengan tampilan digital, Hadi teknik Fisika membuat pengukur tinggi objek otomatis, Asfan dan Adhitya membuat PLC, Harda membuat apa ya lupa (pakai ADC), dan saya sendiri membuat pengendali LED display untuk tulisan berjalan, serta alat penampil teks di televisi... :D

And you know what? I still working on microcontrollers. It's my job ;)
Wednesday, February 23, 2005

Okay, that does it!!!

Do you know what i just did right now? I mopped the floor! I mopped the floor of my lab which got totally wet because i forgot to turn off the tap last night. Ok, actually it wasn't totally wet, but the amount of water spilled on the floor was aproximately about the volume of a medium sized bucket.

The water didn't come out when i opened it last night, that's why i forgot to turn it off! As i entered my lab at 6.40 am this morning, i straightly noticed that the tap was still on because of the sound. The tap itself is in the far other corner of the entrance door.

That does it, i might as well rename this weblog into "Irfan dudulz!" or "Irfan: such a total disorder :p"

I spent about 20 minutes mopping the floor. Lucky to me, there was a "magic mop" i found in the toilet. It helped me a lot :) And lucky to me too, i came first at the lab, not Pak Selo or Pak Parman... Fyuh...! Okay, now i'm ready to start my work ;)

Sleep here, there, and anywhere...Zzz...

Kemarin aku sudah cerita bahwa minum kopi termasuk dalam rutinitasku tiap hari. Nah sekarang akan kuceritakan apa akibatnya kalau aku tidak minum kopi.

Pagi ini aku bangun subuh, terus mandi, siap-siap, sarapan, dan langsung berangkat ke GT. Jam dinding menunjukkan pukul 6.10 ketika aku keluar dari rumah (jam di rumahku kecepatan 20 menit :p). Singkat cerita, aku hanya sempat minum satu dua teguk kopi instan Indocafe Coffeemix yang disediakan gratis di lab eldas tempatku kerja. Sorenya, sekitar jam 16.30 tiba-tiba listrik di GT mati, kami pun terpaksa berhenti bekerja. Mungkin karena ruangan jadi agak gelap dan hawa-nya masih dingin, aku pun duduk di pojok mencoba menghilangkan rasa capek-ku. Ketika aku sadar, ternyata kepala ku jadi pusing, agak lemas, dan jam menunjukkan pukul 17.30! Ternyata aku baru aja ketiduran :)

Tadi malam, ibuku pulang dari Surabaya dan aku harus menjemput ibuku di stasiun. Sambil menunggu, kucoba menutup kelopak mata sebentar saja pikirku. Jam besar di stasiun menunjukkan pukul 21.30. Dan tiba-tiba saja aku dikagetkan oleh suara seorang ibu2, yang ternyata adalah pedagang di stasiun yang berjualan disampingku. Beberapa saat kemudian, tibalah kereta Sancaka yang ditumpangi ibuku, dan jam menunjukkan pukul 21.45. Aku heran bagaimana 15 menit bisa berlalu begitu saja tanpa terasa...

Sabtu kemarin, sekitar jam 14.30 aku tiba di lab Eldas karena Asfan minta sedikit bantuanku. Dia bingung soal program Delphinya yang selalu gagal menerima karakter serial dari mikrokontroler nya secara utuh. Aku pun ternyata ga bisa banyak membantu, sampai akhirnya aku merebahkan badanku di atas salah satu meja panjang depan ruangannya Pak Yani. "Asfan, aku dibangunkan 5 menit lagi ya?", mintaku pada Asfan. Bangun-bangun, ternyata sudah jam 15.30 lebih.

Aku pun pernah tidur siang di hari kerja, sampai kebablasan. Tercatat sudah dua kali aku tidur di Masjid AlHasanah sebelah KFC mirota, mulai ba'da dhuhur sampai jam 13.30 karena rasa ngantuk yang tak tertahankan. Dan tambahan satu kali lagi karena rasa pusing dan agak demam.

Tidur di lab SFT pun kadang tidak kenal waktu; aku pernah tidur di atas meja salah satu praktikan di suatu sabtu siang. Pernah juga tidur di kursi-kursi yang kususun jadi kasur empuk pada suatu jumat siang sebelum jumatan. Untuk kasus di SFT ini, menurutku masih dalam batas wajar, lha si Sidik, Nanang, Muslim, Eko W, kayaknya pernah begitu semua :D (moso belum?)

Duh, aku kok jadi malu sendiri ya ngingat-ngingat kekonyolan ku ini. :(
Monday, February 21, 2005

Kopi 3-in-1

Makin hari tak terasa beban pekerjaan ku makin berat dan makin berat. Saat ini biasanya aku berangkat jam 7, kekampus dulu, terus kekantor, ... kerja..., dan pulang menjelang magrib atau isya. Melihat rumah tempat tinggalku dalam keadaan terang benderang karena sinar matahari yang menembus atap transparan di ruang keluargaku merupakan hal yang langka bagiku. Maklumlah, kebetulan saja ketika aku mulai masuk kerja, rumah keluarga kami direhab. Terpaksalah kami mengungsi ke rumah kontrakan sebelah :)

Mbuh kenapa, tiap hari aku ni pasti jadi ngantuk sekitar jam-jam 10 atau jam 2 siang. Obat penghilang ngantukku kalo gak tidur, ya kopi. Karena tempat kerja ku dekat sekali dengan Mirota kampus, beberapa merk kopi instan 3-in-1 dalam kemasan sachet pun sudah kucoba. Ada yang enak, ada yang ga enak, ada yang bikin kapok segala :D

Kopi instan standar bagi kebanyakan orang sepertinya masih Indocafe coffeemix. Harganya murah, ga sampai Rp500, dan rasanya lumayan standar (walopun bagi lidahku masih kurang manis). Kopi ini tidak berampas, dan kalo ditambah gula bisa jadi yang paling enak dan murah diantara alternatip lain.

Minum merk kopi yang sama terus tiap hari kadang bikin bosen juga. Suatu hari kuputuskan untuk mencoba kopi susu "kapal api" instan. Astaghfirullahalaziim, ternyata ampasnya bung, buanyak banget. Sampai-sampai kita bisa mengunyah sambil minum :p Kopi ABC pun sama saja. Tapi yang penting, rasanya masih enak dan dapat diterima. Kopi ini ga perlu ditambahi gula lagi, coz sepertinya sudah pas :) --jadi teringat kopi bu Roso yang super manis :p ---

Kopi jenis lain yang enak tanpa ampas: Good Day. Kopi ini paling kreatif dalam menyajikan rasa, ada rasa kopi standar, mocachino, cappucino, choco apa mbuh, dan ... nut apa mbuh (lupa, pokoknya sachet biru). Sayangnya jenis kopi seperti ini membuat aku cepet bosen, kayaknya perlu ada rotasi :) Tapi yang jelas, semua 'rasa' yang diberikan kopi merk ini memiliki kekhasan tersendiri: aroma semacam mint (atau mirip itu). Beli kopi jenis ini jelas tidak akan rugi.

Kopi jaman sekarang juga tersedia dalam rasa jahe, rasa ginseng, dan ... rasa stroberi! Baru saja tadi aku beli Indocafe coffeemix ice rasa stroberi, dan rasanya ... mmh... ga enak :( Tapi ini masih mending dibandingkan Indocafe rasa ginseng! Memang kopi tu bisa ngilangin ngantuk, tapi khusus yang ginseng ini ada nilai 'plus'-nya: rasa ngantuk langsung ilang karena pahit+aroma tanahnya! Yuck :(

Kopi 3-in-1 dari nescafe juga enak, tanpa ampas. Malah yang versi Ice itu rasanya pas banget manisnya dan bisa larut dalam air dingin. Sayangnya agak mahal: lebih dari Rp1.000,-.

Pernah juga ku-iseng beli kopi dengan merk seadanya (merk tidak terkenal, aku aja lupa namanya). Satu kata: tidak enak (eh dua kata ding yo?).

Kesimpulan: kalo bingung, beli saja indocafe coffeemix, rasanya standar enak.
Saturday, February 19, 2005

Betapa lemahnya diriku...

Tanpa kusadari, bencana tsunami tgl 26 Desember 2004 tampaknya masih berbekas di dalam diriku sampai saat ini. Seandainya masku dulu tidak kebetulan ada di kota Banda Aceh waktu kejadian, perasaan "mudah sedih" yang kurasakan sampai hari ini mungkin sudah hilang dari dulu-dulu.

Tapi entah kenapa, kadang-kadang ketika"Indonesia Menangis" yang dinyanyikan dengan sangat syahdu oleh Sherina terdengar sampai ke telingaku, tiba-tiba saja hati ni rasanya perih dan air mata kadang sulit untuk kutahan. Walaupun jarang, tapi hal ini masih terjadi padaku, bahkan tadi pagi waktu berangkat ke kantor. Sepertinya aku masih trauma dan ingat betul perasaan yang kualami selama 3 hari sejak 26 Des'04, ketika nasib mas ku masih belum jelas. Yang ada di benakku hanyalah, "Seperti inikah rasanya kehilangan seorang kakak...?"

nb: kini mas ku sudah 2 bulan lebih ini di jogja meneruskan penelitian thesis S-2 nya. Bulan depan rencananya malah mo nikah ;)
Thursday, February 17, 2005

Ngebut dan Pinangan

Tadi malam kami sekeluarga bersama beberapa tetangga terdekat bertamu ke rumah bu Ulfah, teman sekantor ibuku. Kami datang untuk sebuah acara yang seumur-umur, baru kali ini aku hadiri. Acara itu tidak lain tidak bukan, adalah sebuah acara lamaran, atau orang bilang: pinangan. (yang mau nikah tu masku, bukan aku :p)

Memang acara ini sudah semingguan ini direncanakan. Ketika hari-H nya tiba, dan menjelang jam-J, ada aja kejadian yang konyol kualami.

Pertama, aku disuruh beli kaset handycam untuk acara ini. Ok, setelah jam kerja selesai, kupergi ke Central Photo di jalan Solo (promosi: rol film di toko ini murah!) setelah sebelumnya mampir ke kost Unan minjemkan buku. Setelah beli (tepatnya bayar), aku langsung melaju pulang. Di rumah, aku bantu-bantu ibu, terus tiduran, dan akhirnya menjelang magrib barulah aku berniat memasang kaset baru di handycam. Betapa terkejutnya aku ketika kusadari kalo ternyata...kaset handycam nya ketinggalan di toko! Padahal berangkat ke acara nya seharusnya sesudah magrib! Singkat cerita, aku ngebut naek Supra Biru tua ku, dan di daerah Kridosono, bensinku habis! Untung ada warung bensin :)

Kekonyolan kedua, setelah magrib kami pun segera berangkat. Suasana waktu itu lumayan agak buru-buru, dan ketika mobil yang kukendarai sampai jalan besar, barulah kusadari kalo keranjang buah yang harusnya kubawa ketinggalan di rumah! Segera kutelpon ibu untuk memastikan, dan memang di mobil ibu gak ada buah2an itu (ibu ku di mobil lain). Langsung aku putar balik, dan ... ngebut. Kasian si Rela tetangga ku yang masih sebaya sama adikku. Dia tegang banget ketika aku ngebut :p Setelah sampai rumah, ternyata keranjang buah dibawa di mobil tetangga ku :D

Acara pinangannya sendiri lancar-lancar aja. Kedua keluarga bisa lumayan saling kenal dan tambah akrab.

Kekonyolan ketiga: setelah pinangan, kami bertiga (adikku, Rela, dan aku sendiri) sudah hampir sampai rumah ketika kami tiba-tiba secara spontan berfikir, "Cari makan yuk!" Ha? Ga salah? Lha di acara pinangan tadi gak makan po? :D To be honest, we didn't take much food there :p
Akhirnya kami ke Bakso Lapangan Tembak Senayan di Jakal (weird?) Dan ternyata, bakso yang kami pesan walopun enak, sayangnya terlalu banyak garam. Terlalu asin :(
Wednesday, February 16, 2005

Melahap buku

Pernah dengar buku berjudul "Mengikat Makna" ? Itu lo, karangannya pak Hernowo. Beliau ni General Manager Editorial di Penerbit Mizan Bandung. Buku ini kayaknya sih cukup terkenal, buktinya banyak dijadikan referensi di buku-buku motivasional lain, khususnya yang ada hubungannya dengan mengasah keterampilan membaca dan menulis.

Saya belum baca banyak buku "Mengikat Makna" tadi, malahan yang kubaca masih pengantar dan sambutan dari rekan sejawat (atau bos ya?) nya pak Hernowo: bung Haidar Bagir. Pengantar dari beliau ini lumayan bikin aku kagum sama Hernowo si pengarang buku itu. Pak Haidar Bagir sering menggambarkan Hernowo sebagai orang yang hobinya: melahap buku. Semua jenis buku dilahapnya, novel, agama, sosial, self-motivational, pokoknya semua.

Menurutnya, kita tidak akan bisa menyerap atau mengambil manfaat dari sebuah buku secara maksimal kalau kita tidak praktekkan juga ketrampilan kita menulis. Dan dengan banyak 'melahap' buku, otomatis wawasan kita tambah luas, sehingga menulis akan lebih mudah. Mbuh juga si, aku masih harus terus baca buku ini, baru sampe halaman 48 :D (bukunya banyak ilustrasi dan gambar, jadi halaman 48 tuh bisa diibaratkan kayak halaman 10 kalo buku biasa :p)

Permisi dulu deh, mau neruskan baca ...
Monday, February 14, 2005

Sepertinya 'menulis' itu menarik

Baru saja tadi kuhabiskan 2,5jam di pameran buku. Padahal kemarin lusa aku juga dah kesana. Entah kenapa rasanya aku tuh betah aja kalo di toko buku atau pameran gituan. Yang bisa bikin aku pulang tu biasanya kalo gak pegel-pegel di punggung, ya memang tokonya mau tutup. (atau karena blm solat, atau karena ditelpon ibu minta aku pulang :D)

Singkat cerita, akhir-akhir ini aku tertarik banget dengan buku-buku motivasi, terutama yang ada kaitannya dengan pekerjaan sama menulis. Kemarin aku dapatkan sebuah buku berjudul "Fish!". Mbuh, kupikir buku ini mungkin saja bisa membantu aku mengatasi 'kelesuan' ku kerja. Coba pikir, sekarang hampir tiap hari aku berangkat sebelum jam 7, dan pulang menjelang jam 7. (pdhl jam kerja di gamatechno jm8-4. bingung ga ? :p) Belum lagi perasaan 'ga enak' hampir selalu muncul tiap hari (have i mentioned that i am currently working in two places?) Dan ternyata memang benar, buku "Fish!" punya point-point bagus yang praktis untuk diterapkan. Yang paling kuingat, "Mungkin kita tidak dapat memilih pekerjaan, tapi kita SELALU punya pilihan BAGAIMANA cara kita mengerjakan pekerjaan itu". Intinya, do your job in such a way that you enjoy it. I'm not sure how to do this, i haven't finish reading it yet :D.

Nah, khusus hari ini, kuputuskan untuk membeli buku berjudul, "Berani Berekspresi", karangan Susan Shaughnessy (edisi terjemahan, terbitan MLC). Latar belakang kenapa aku beli buku ini, karena...terus terang aku punya keinginan bikin buku, dan sempat berjalan setengah (atau sepertiga ya :-/?) dan sampai berbulan2 ga ada perkembangan. Buku ini ternyata tidak berisi teknik menulis dengan baik, atau semacam itu. Isinya malah memberi semangat dan motivasi bagi kita untuk menulis! Dan sepertinya buku ini lebih menekankan prinsip "Dont worry, just write, right now" kalo boleh kuringkas jadi 1 kalimat singkat :D ....