Acara ngobrol bareng penulis buku "Mengikat Makna"
Masih ingat posting-an saya yang berjudul "Melahap buku" (februari 2005)? Saat itu saya baru saja membeli buku berjudul "Mengikat Makna" karangan Hernowo (penerbit Kaifa). Dan tadi malam, secara kebeteluan, saya menghadiri acara ngobrol bareng bersama pak Hernowo, pengarang buku tadi, di toko buku favoritku: Toga Mas. Sebelum berbicara mengenai obrolan yang disampaikan pak, atau saya sebut saja mas Hernowo, saya ingin sekali bercerita tentang toko buku Toga Mas itu sendiri dan bagaimana cara mereka menata ruangan tempat acara berlangsung, karena bagaimanapun juga Toga Mas adalah toko buku favorit saya :D (bukan promosi)
Bangunan toko buku Toga Mas yang baru sekarang ini punya nuansa alami, tiang-tiang semuanya terbuat dari kayu tanpa dicat, lantai berwarna abu-abu serasi dengan batu-batu kali yang menghiasi kolam-kolam ikan kecil, dan taman-taman yang tersebar di berbagai pojok ruangan. Lantai dua dibuat dari kayu juga, ada kafe buat nongkrong sambil jajan, dan ada tempat agak luas dan kosong untuk acara-acara semacam diskusi buku tadi malam. Di malam hari, penerangan di lantai ini dibuat agak redup dengan lampu bolam, bukan lampu TL, sepertinya hendak memberi kesan 'jogja tempo doeloe'.
Yang menarik, ketika saya datang tadi malam, ada sebuah angkringan lengkap dengan pisang goreng, tempe goreng, rambak, wedang jahe, dan es teh. Semua ini disediakan gratis untuk kita! Setelah saya ambil beberapa jenis makanan dan memesan jahe, langsung saja kubawa semuanya menuju tikar yang sudah digelar untuk acara. Tampak telah hadir di depan mas Hernowo dan seorang pemandu acara yang juga seorang guru (maaf sekali saya lupa namanya :D). Saat itu acara belum mulai, dan sebuah grup musik lokal yang saya tidak tahu terkenal atau tidak (menurutku ga terkenal si) sedang membawakan lagu pop Indonesia dengan instrumen keroncong.
Setelah ruangan mulai penuh, si MC memulai acara 'ngobrol bareng' ini dengan sebuah pertanyaan kepada mas Hernowo. Saya tidak terlalu ingat apa pertanyaan itu, sepertinya ada kaitannya dengan buku terbaru mas Hernowo, "Vitamin T". Mas Hernowo pun mulai berbicara tentang nilai gizi sebuah buku. Maksudnya, ibarat sebuah makanan, buku ada yang punya kandungan gizi yang baik, ada juga yang kandungan gizinya jelek, bahkan beracun. Buku yang bergizi adalah buku yang mampu menggerakkan pikiran kita, demikian istilah yang digunakan Mas Hernowo. Buku yang beracun, sebaliknya, adalah buku-buku yang tidak merangsang kemampuan pembacanya untuk berpikir lebih mendalam. Mas Hernowo pun lantas mengkritik buku-buku pelajaran di sekolah yang ada sekarang ini kebanyakan adalah beracun.
Selain mampu menggerakkan pikiran, buku 'bergizi' yang layak dibaca adalah buku yang memiliki alur, pilihan kata, dan diksi yang baik, jadi mudah dipahami, menyenangkan, dan tidak membosankan bagi pembacanya. Mas Hernowo sekali lagi bercerita tentang pengalamannya mengkritik tentang betapa kacau-balaunya susunan penulisan sebuah textbook yang dijadikan acuan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya. Mas Hernowo pun dimarahi karenanya.
(bersambung)