Thursday, May 19, 2005

Sekretariat Negara a.k.a Setneg

Pernah bepergian keluar negeri? Bagi yang blm tahu, setiap orang yg pengin keluar dari tanah air tercinta ini diwajibkan membayar pajak kepada ibu pertiwi sebesar satu juta rupiah saja :) Yup, ini lah yang kita sebut = fiskal. Nah, dalam rangka untuk membebaskan diri dari kewajiban ini, aku mesti ngurus permohonan bebas fiskal ke kantor pajak di jakarta. Sebelum itu, aku mesti dapet surat pengantar dari depdiknas pusat. Supaya dapet pengantar dari depdiknas, aku kudu dapet semacam surat penugasan ke luar negeri, yang bisa diperoleh dari: Sekretariat Negara RI.

- Kunjungan 1 -
Hari Jumat dua minggu yang lalu, pergilah aku dan Arga (teman satu kelasku di IALF) ke Setneg dari tempat kursus kami di IALF Kuningan Jakarta. Febri ngasih tau ke kami, kalo mau ke Setneg, kita bisa naek bus PATAS yang besar, macam PPD 87, 49, 74 (?). Setelah nunggu agak lama (sebenarnya, lama bgt!), ga ada tanda2 bus kayak gituan mo lewat. Satu-satunya bus besar yang lewat=Bus Pariwisata :( Oya, Setneg sendiri alamatnya di ... mm... jalan, jalan apa ya, veteran? Duh lupa. Pokoknya waktu itu yang kutahu letaknya di 'dekat' Istana Negara RI !!! Kembali ke masalah bus tadi. Arga dan aku memutuskan untuk naik kopaja p.20 yang lebih terkenal itu. Kami naik sampai Senen, dan nyambung naek PPD 45 Kota-Blok M (bener ga ya?lupa). Karena kami masih ga tau letak persis Setneg, kami turun di sebelah timur istana. Memang sih, secara logika mestinya kami dah dekat. Tapi dugaan kami salah besar!
Pertama, jalan raya di depan istana negara itu lebaaar sekali. Mo nyeberang di sembarang tempat berarti menantang maut! Jadi terpaksalah kita jalan agak jauh ke zebra cross terdekat. Ok. Muncul masalah kedua. Trotoar di depan istana negara tertutup bagi pejalan kaki! Jadi kami jalan kaki lewat timur istana, menuju utara (setelah tanya satpam ttg letak setneg). Bener, di sebelah utara Istana memang ada setneg, tapi ternyata bukan itu gedung yang mesti kita datangi. Singkat cerita, rasa-rasanya kami sempat jalan kaki sepanjang 1 km (diukur dari rasa lelahnya :D) sebelum sampai kantor setneg yang tepat. Alhamdulillah, setelah itu semua urusan lancar. Pulangnya kami naek bus PPD 79 dari Harmoni ke Kuningan, tepat seperti yang dibilang Febri.
nb: Interior kantor Setneg kayaknya baru aja direnovasi. Mirip kantor swasta yang modern!

- Kunjungan 2 -
Lancar, tapi ada dikit kekonyolan. Waktu itu kami pergi bertiga: Pak Heri, Arga, dan aku. Kami pun naik p.20 yang sama seperti sebelumnya, dan disambung jalan kaki ke bunderan HI, lalu naek patas ke kota dan turun di harmoni. Ongkos per orang jadi nya = Rp 1.400 + Rp 3.000 = Rp 4.400. Total = 3 x Rp 4.400 = Rp 13.200. Mmm... seandainya kami tadi naek taksi, mungkin cuma abis Rp 15.000 kali ya? Dan ga usah capek jalan kaki segala. Ah sudahlah. Dah terlanjur.

- Kunjungan 3 -
Sebenarnya kunjungan yang ini tidak perlu, tapi karena ibu Amanda(?) dari Depdiknas bilang aku harus naruh surat tembusan ke Setneg, aku pun susah nolak (apalagi Arga juga ngingatkan untuk itu). Intinya, kunjungan ku ke Setneg kali ini agak spontan, coz waktu itu aku pergi keluar dari rumah tu niatnya jalan2 sama Bulik Retno. Eh, ga taunya kita turun di halte Busway Harmoni, jadi aku sekalian aja ke Setneg, pakai sandal jepit :) As you would imagine, pak Satpam di sana sempat negur aku, untungnya dengan haluuus sekali, "Pak, lain kali kalo ke sini jangan pakai sandal jepit ya?"
Duh, betapa ga enaknya rasanya diriku saat itu ...

3 Comments:

Blogger Irfan said...

Sabar Wo'. Aku cuma ditegur dg halus, ga diusir. Urusanku sendiri disitu lancar :)

6:56 pm  
Blogger isna "poetra" said...

Hehe, Dewo trauma diusir pake sendal di JTE UGM kali....

2:51 pm  
Blogger nana said...

mungkin menurut pak satpam kegantenganmu dianggap berkurang dengan pake sendal jepit itu fan, makanya dia negor dengan halus hihihi..

6:06 pm  

Post a Comment

<< Home