Tuesday, April 05, 2005

Satu minggu penuh kepanikan

Menurut kalian, sebuah minggu dimulai hari Ahad-nya atau Senin-nya? :D Anggep saja mulai ahad ya ?

Ini adalah sebuah cerita tentang kepanikan seminggu penuh yang dimulai dari awal sebuah minggu, hingga akhir.

OK, alkisah pada suatu pagi di hari Ahad 27 Maret yang cerah, di sebuah kota yang mungil tapi ramai bernama Yogyakarta, ada sebuah keluarga yang tinggal di pinggir sungai hendak melangsungkan acara yang sangat penting: akad nikah putra pertama keluarga itu. Akad nikah direncanakan mulai jam 7.00 di masjid dekat rumah si calon istri, dan tentu suasana pagi di rumah keluarga itu penuh dengan 'kepanikan', semua harus bangun pagi, antri mandi, sarapan, dll.

Akad nikah berjalan lancar. Dhani dan Lupi, demikian nama pasangan baru itu, segera saja dirias untuk persiapan resepsi pernikahan di gedung wisma kagama yang terkenal itu. Kepanikan kedua terjadi ketika pidato sambutan pada acara resepsi ini mulai disampaikan oleh sesepuh keluarga sang cowok. Jam 11.30, tamu2 undangan sudah banyak yang datang mengantri, dan ternyata sambutan yang diberikan rasa-rasanya ga bakalan selesai cepat. Bayangkan sodara2, tamu2 itu harus berdiri 15 menit!!! Cubitan2 dan aba2 dari banyak orang supaya sambutan segera diakhiri tampaknya tidak pernah digubris.

Kepanikan ketiga, hari Senin 28 Maret 2005. Pagi2 sekitar jam 10.00, setelah rapat singkat di ruang Kajur, seorang mahasiswa S-3 di TE UGM, pak Iradat, menemuiku dan mengeluhkan betapa modem FR190 dari PSN tidak bisa dipakai buat dial-up networking. Ini adalah masalah besar! Waktu tinggal kurang dari dua hari lagi sebelum sistem harus dipasang di kapal tanker. Setelah coba diotak-atik, entah secara ajaib modemnya bisa dial-up lagi. Dugaanku, penyebabnya memang dari PSN... Malamnya, aku kerja semalaman di lab eldas yang tidak terlalu sepi itu, masih mencoba membereskan software dari sistem itu yang masih kacau balau amburadul ga karo-karoan, tanpa sempat tidur. Kalau bukan panik, apa lagi yang menjaga aku tetap tebangun seperti itu :p ?

Kepanikan keempat, hari Selasa 29 Maret 2005. Jam demi jam berlalu, dari pagi hingga sore, dan tidak ada terlalu banyak perkembangan berarti pada pembuatan software pengiriman data kapal (ini adalah tugasku di kampus :D). Sore perutku jadi mules, akhirnya kupaksakan pulang. Malam hari barulah kulanjutkan kerjaanku. Sebuah pekerjaan penting yang harusnya kukerjakan dulu-dulu, baru kukerjakan pagi dini hari. Pekerjaan penting itu adalah: integrasi programku dengan program FTP nya Asfan, sekaligus diuji keberhasilannya. Ternyata setelah integrasi benar2 kulakukan, hasilnya adalah: KEGAGALAN. Waktu terus berjalan, beberapa jam lagi aku harusnya sudah siap di bandara Adisucipto, untuk naik pesawat jurusan surabaya, dilanjutkan ke makassar.

Jam 5.15, kutelpon ibuku. Aku minta supaya adikku datang ke kampus, ambil tiketku, lalu check-in ke bandara. Yang datang malah bapakku, jam 5.45. Dan saat itu, transfer data dengan FTP masih saja gagal. Barulah beberapa saat setelah itu, programku sudah bisa dipastikan DAPAT mengirimkan data dengan FTP. Harusnya aku lega, dan memang aku dikit lega. Tapi ingat, jam 6.45 pesawat nya berangkat!!! Segera saja aku pulang, nguebut, sampe rumah packing bentar, lalu berangkat lagi brg ibu, dan ngwebut lagi (maaf yo Bu), dan ketemu Bapak di depan gedung wanita untuk ambil tiket. Sesampaiku di Adisucipto, orang2 pada blm masuk pesawat. Fyuh... Untuk sementara, usai lah sudah kepanikanku yang dimulai sehari sebelumnya.

Kepanikan kelima, kepanikan kecil. Tanggal 30 Maret 2005 pukul 11.00 WIB atau 12.00 WITA, aku tiba di kota makassar yang panazzz. Sampai di sana, aku ga tahu apa yang mesti kulakukan. Bisa dikatakan blm ada koordinasi SAMA SEKALI antara aku dengan orang pertamina dan orang PSN yang jadi satu tim nanti untuk pemasangan sistem di kapal. Dengan penuh kebingungan, akhirnya kutunggu mereka datang dari jakarta hingga jam 16.00 WITA. Kami pun keluar dari bandara menuju ke hotel bagus bernama Manarru, di pusat kota makassar.

Terlena dengan keindahan kota makassar dan kenyamanan hotel Manarru, kepanikan keenam terjadi cukup mendadak di pagi agak siang hari tanggal 31 Maret 2005. Ternyata program ku masih amburadul, dan selain itu, instalasi program di sistem target ternyata tidak bisa jalan sekali. "Fatal Error", begitu lah bunyi pesan kesalahan yang muncul di komputer kapal. Sumber masalah terletak di kesalahan cara pembuatan paket instalasi dengan InstallShield. Kucoba tanya berbagai temanku di Jogja yang jago Delphi, dan semua ga ada yang ngasih jawaban yang pasti, kecuali Asfan yang memberitahu aku secara tepat apa solusi nya. Terima kasih, Asfan. Semoga Allah membalas kebaikanmu :) (btw, gimana pendadaranmu? Kemarin atau besok tgl 7?)

Kepanikan lanjutan dari kepanikan hari itu, yaitu tidak adanya port serial kosong di PC kapal. Akhirnya kami pergi keluar cari toko komputer, dan beli konverter USB-serial seharga Rp175.000. Alhamdulillah, alat ini berfungsi.

Kepanikan lebih lanjut terjadi di sore hari. Setelah pak Agus Suyudi dan pak Retno Galih selesai memasang modem telepon satelit Byru, kucoba programku untuk menguji apakah berhasil atau tidak. Sepertinya jawabannya mudah ditebak ya? :D Betul, ternyata programnya GAGAL melakukan koneksi dial-up dan GAGAL mengirimkan data. Kami pikir itu terjadi karena nomor SIMCardnya blm diaktifkan. Ok, pak Galih nelpon jakarta, maka aktiflah SIMCard itu. Setelah dicoba lagi, ternyata masih gagal! Selalu muncul "Disconnect in progress" di tampilan modem Byru.

Setelah pak Galih dan aku nyoba ngutak-atik setting di PC, akhirnya saat magrib barulah koneksi jalan dan program berhasil mengirimkan data. Mungkin cerita ku tidak terlalu menggambarkan betapa paniknya kami, tapi coba saja bayangkan seandainya anda jauh-jauh datang ke makassar sendiri tanpa teman, dan tanpa persiapan yang matang, naik ke atas kapal yang berlabuh untuk nginstal software buatanmu sendiri yang udah kamu kerjakan cukup lama, pulsa HP habis dipakai telpon inlok terus, dan ternyata di saat-saat terakhir sebelum kapal berangkat lagi, masih ada masalah yang mengancam keberhasilan pemasangan sistem ini?

Ada juga kepanikan di sela-sela kepanikan tadi. Tiket pesawatku ga bisa diganti :(

Kepanikan selanjutnya, kepanikan ke-delapan. Hari Sabtu 2 April 2005, kufokuskan perhatianku pada kerjaanku di GT. Selasa alat yang kami kerjakan harus jadi, padahal Senin-nya aku sudah harus pindah ke jakarta ikut kursus bahasa inggris 6 minggu di IALF. Ceritanya pada dasarnya mirip dengan kisah sebelum aku ke makassar. Intinya waktuku kuhabiskan buat ngotak-atik kerjaan tanpa banyak perkembangan berarti di tiap jam-nya. Mungkin aku memang bukan programmer handal yang bisa memprogram dalam waktu singkat. Akhirnya dengan cukup panik, terpaksa kutinggalkan kerjaanku di hari Ahad 3 April 2005 pukul 19.30. Aku pun pulang dari kantor, tapi kekost-nya Unan dulu sebentar, terus ke Artha, terus mampir ke kost-nya Rahma, pulang, mandi, packing bentar, lalu berangkat ke stasiun. Sampai di stasiun, makan, ngobrol2 bentar ma Adnan, lalu naik kereta, tidur, bangun, solat, sampai Gambir, mandi, naik bus ke kuningan, sarapan, mulai kursus, pulang jam 15.00, naik 66 ke blok-m, terus 619 ke cinere. Hmm... sepertinya hilang sudah kepanikan. Yang ada sekarang rasa bingung dan rasa rindu pada jogja... (walah padahal baru sehari di jkt :p)

-penginpulang-

0 Comments:

Post a Comment

<< Home