Pengadilan oleh pers
Sejak Socceroos tersingkirkan dari pentas Asia Cup krn kalah dari Jepang, berita yang layak diobrolkan di blog jelek ini adalah tentang amburadulnya investigasi polisi terhadap tersangka terorisme berusia 27 thn, Dr. Haneef (duh, muda banget ya? Atau aku nya yang sudah tua tapi gak ngerasa?).
Dr. Haneef adalah dokter asal India yang bekerja di sebuah RS di Gold Coast. Beliau terseret jadi tersangka teroris, alasannya sepele sekali. Polisi federal Australia menuduhkan, SIM card HP milik beliau ditemukan di TKP upaya peledakan bom di Bandara Glasgow, UK, bbrp waktu lalu. Padahal, usut demi usut, ternyata SIM Card tersebut TIDAK ditemukan di TKP, melainkan disita dari tersangka teroris lain di Inggris, yang kebetulan masih saudara-an sama Dr. Haneef ini.
Waduh, gimana tho ini? Kok bisa ya AFP (polisi federal australi) seceroboh itu dalam mendakwakan tuduhan? Tapi itu semua dilakukan demi keamanan nasional, katanya.
Sebelum itu, pihak Imigrasi Australia juga sempat melakukan manuver utk tetap membuat Dr. Haneef dikurung. Mereka membatalkan visa beliau, dengan alasan perilaku yang kurang baik (padahal pengadilan belum berjalan), ditambah lagi alasan keamanan nasional yang lebih besar. Walhasil, Dr. Haneef yang hampir saja bebas bersyarat (bail, mbayar), terpaksa meringkuk lagi dalam tahanan.
Sekarang, ada isu baru yang dihembuskan pers. Disebutkan dalam The Age (atau the Australian ya, mbuh lupa), bahwa polisi menambahkan nama2 teroris ke dalam catatan hariannya Dr. Haneef, dan hal tersebut diakui sendiri oleh polisi seperti tercatat dalam rekaman interogasi terhadap Dr. Haneef. Nah, sejak itu, premiere Queensland lumayan mencak2. Mencak2 karena kesannya AFP bertindak tidak profesional sama sekali dalam urusan yang sebenarnya sangat penting (menyangkut keamanan bersama).
Di lain pihak, pejabat2 di tingkat federal seperti Alexander Downer dan John Howard sendiri menyesalkan pengadilan oleh pers ini, termasuk respon dari Premiere QLD terhadap masalah ini. Mereka meminta supaya pengadilanlah yang menentukan semuanya, dan berharap pers tidak bikin ulah yang bisa mengakibatkan pengadilan menjadi tidak berlangsung adil.
Anyway, fenomena ini cukup menarik karena beberapa hal:
1. Ternyata, meskipun citra islam (dan mungkin juga citra dokter dari India, sejak ada kasus malpraktek Dr. Patel yg kini jadi buron) cukup buruk di mata publik Australia, ternyata kalau sudah berbicara mengenai "fair go", publik Australia tidak lagi diskriminatif.
2. Pengadilan oleh pers itu bisa ngefek juga be'e? Kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutan kasus ini...
Dr. Haneef adalah dokter asal India yang bekerja di sebuah RS di Gold Coast. Beliau terseret jadi tersangka teroris, alasannya sepele sekali. Polisi federal Australia menuduhkan, SIM card HP milik beliau ditemukan di TKP upaya peledakan bom di Bandara Glasgow, UK, bbrp waktu lalu. Padahal, usut demi usut, ternyata SIM Card tersebut TIDAK ditemukan di TKP, melainkan disita dari tersangka teroris lain di Inggris, yang kebetulan masih saudara-an sama Dr. Haneef ini.
Waduh, gimana tho ini? Kok bisa ya AFP (polisi federal australi) seceroboh itu dalam mendakwakan tuduhan? Tapi itu semua dilakukan demi keamanan nasional, katanya.
Sebelum itu, pihak Imigrasi Australia juga sempat melakukan manuver utk tetap membuat Dr. Haneef dikurung. Mereka membatalkan visa beliau, dengan alasan perilaku yang kurang baik (padahal pengadilan belum berjalan), ditambah lagi alasan keamanan nasional yang lebih besar. Walhasil, Dr. Haneef yang hampir saja bebas bersyarat (bail, mbayar), terpaksa meringkuk lagi dalam tahanan.
Sekarang, ada isu baru yang dihembuskan pers. Disebutkan dalam The Age (atau the Australian ya, mbuh lupa), bahwa polisi menambahkan nama2 teroris ke dalam catatan hariannya Dr. Haneef, dan hal tersebut diakui sendiri oleh polisi seperti tercatat dalam rekaman interogasi terhadap Dr. Haneef. Nah, sejak itu, premiere Queensland lumayan mencak2. Mencak2 karena kesannya AFP bertindak tidak profesional sama sekali dalam urusan yang sebenarnya sangat penting (menyangkut keamanan bersama).
Di lain pihak, pejabat2 di tingkat federal seperti Alexander Downer dan John Howard sendiri menyesalkan pengadilan oleh pers ini, termasuk respon dari Premiere QLD terhadap masalah ini. Mereka meminta supaya pengadilanlah yang menentukan semuanya, dan berharap pers tidak bikin ulah yang bisa mengakibatkan pengadilan menjadi tidak berlangsung adil.
Anyway, fenomena ini cukup menarik karena beberapa hal:
1. Ternyata, meskipun citra islam (dan mungkin juga citra dokter dari India, sejak ada kasus malpraktek Dr. Patel yg kini jadi buron) cukup buruk di mata publik Australia, ternyata kalau sudah berbicara mengenai "fair go", publik Australia tidak lagi diskriminatif.
2. Pengadilan oleh pers itu bisa ngefek juga be'e? Kita lihat saja nanti bagaimana kelanjutan kasus ini...
Labels: current affair
0 Comments:
Post a Comment
<< Home