Tuesday, May 30, 2006

Informasi yang kudapatkan mengenai Jogja

(Ini postinganku dari milis KPII)

Assalamualaikum wr wb,

Sekedar tambahan informasi saja mungkin,

Kabar rumah dan keluarga dari Adhika (doncaster ave/Banteng Baru), Mbak Endah dan Mas Yatin (anzac pde/Godean), serta saya sendiri (Tegalrejo) alhamdulillah aman dan tidak terjadi kerusakan yg berarti. Rumah saya sendiri utuh tidak terjadi apa2 kecuali dua jam dinding jatuh. Rumah Ary (kuliah di FBE UNSW, tinggal di Day Ave) di Sidoarum jalan Godean (ke arah Wates, ke barat) juga tidak apa-apa, hanya saja piring2 jatuh dan pecah.

Dari cerita teman-teman saya di Yogya, kerusakan di kota Yogyakarta sendiri makin parah di selatan dan timur. Seperti yang diceritakan ibu saya sendiri, di bandara udara Adisucipto 4 orang tewas (menurut website yg kubaca 2 orang). Bandara letaknya di timur, mendekati arah Prambanan dan Klaten. Pojok Beteng di agak selatan itu juga rubuh menurut kakak saya. Mendekati perbatasan kota dengan kabupaten Bantul, di jalan parangtritis teman saya bercerita di kampung sebelahnya dia ada seorang anak dan ibu nya meninggal.

Yang di tengah kota, tingkat kerusakan bangunan agak sedang, seperti di bekas kantor saya (dekat mirota kampus UGM) tangganya retak dan kaca jendela pecah-pecah. Universitas Gadjah Mada bangunannya ada yang retak-retak, bbrp genteng jatuh sangat umum terjadi, dan untuk lab2 yang banyak benda pecah belah seperti di Lab Teknik Kimia FT UGM, kerusakannya cukup parah (benda2 didalam lab). Sore hari sabtu kemarin, ibu saya menyaksikan betapa penuhnya rumah sakit di jogja, misalnya di PKU Muhammadiyah Kauman, pasien dgn infus dirawat di trotoar jalan.

Dari yang bisa kuingat dari info di website apa saya lupa, di kota Yogya sendiri lebih dari seratus orang meninggal. Saya belum bisa memastikan kebenaran info ini tapi.

Di sebelah utara, kondisi rumah2 biasanya masih bagus, kerusakan yang terjadi umumnya genteng jatuh atau bergeser, dan retakan2 kecil. Sedangkan kondisi di utara timur agak sedikit lebih parah dibandingkan utara barat, seperti di daerah Kalasan, tingkat kerusakan rumah teman saya sepertinya lebih besar dibandingkan dgn teman2 di Condongcatur atau Banteng misalnya.

Di kabupaten Bantul, sudah dikonfirmasi ada 4 teman saya sendiri yang rumahnya rubuh, dan satu diantaranya (dari imogiri) hingga kemarin masih dirawat di RS. Kakak saya bercerita di ibukota Bantul sendiri tingkat kerusakan (rubuh tidaknya bangunan) itu 50-50. Di selatannya lagi baru bisa dijumpai satu dusun yang hancur total, kecuali ada beberapa masjid yang tidak ikut hancur. Perlu diingat bahwa ibukota Bantul itu letaknya agak ke barat. Imogiri yang tidak lebih selatan dari ibukota Bantul tapi lebih ke timur sudah parah sekali. Di kabupaten Bantul inilah korban mencapai ribuan.

Di Klaten, ada satu rumah teman porak poranda namun keluarganya selamat. Menurut yang kubaca di web surat kabar kedaulatan rakyat, rumah Hidayat Nur Wahid rusak parah. Total korban jiwa dari Klaten tercatat melebihi 500 orang.

Mengenai upaya bantuan dari tetangga dan teman2 di jogja, di antara teman2 saya ada yang membuat sebuah web http://helpjogja.net yang berisi informasi mengenai korban dan permintaan bantuan spesifik yang di-update terus menerus. Dan upaya lain dari forum alumni jurusan saya di FT UGM sendiri, dana yang terkumpul akan disumbangkan ke korban dari lingkungan jurusan Teknik Elektro FT UGM sendiri, yang menurut teman saya ada 25 orang (6 karyawan) yang rumahnya rusak, diantaranya ada yang rusaknya parah. Ini belum termasuk rumah alumni yang rusak. Pemuda RW tempat saya tinggal kemarin juga berangkat ke Bantul memberikan bantuan yang mampu diberikan. Pada hari sabtu minggu lalu, kakak saya ke Bantul dan bercerita bahwa beliau sempat mengangkat dan mengevakuasi korban, namun upaya yang kakak saya lakukan ini tidak terkoordinasi dan hanya spontanitas dari tetangga2. Beliau bercerita beberapa korban meninggal yang dia saksikan itu disebabkan kurangnya perawatan setelah gempa. Beberapa hanya diberi roti tanpa obat2an. Dugaan saya korban2 yang seperti itu terlambat dievakuasi ke kota utk perawatan.

Gempa-gempa susulan yang jumlahnya sudah tidak terhitung membuat bnyak warga agak paranoid, meminjam istilah adikku. Dengar suara sedikit saja langsung menganggap itu gempa. Dan sesuai anjuran pemerintah, warga sejak sabtu memilih tidur di luar rumah tapi sepertinya sekarang sudah tidak lagi. Keluarga saya sendiri tidak tidur di luar, hanya tidur di ruang tamu yang bisa mudah keluar sewaktu2.

Mohon maaf, sekiranya hanya ini saja berita dari keluarga dan rekan2 dari Jogja yang saya tahu, semoga berguna.

Wassalamualaikum wr wb

irfan

0 Comments:

Post a Comment

<< Home